Shuttlecock
merupakan
salah satu sarana yang digunakan dalam olahraga bulutangkis. Alat ini merupakan
bola yang berbentuk kerucut, dimana terbuat dari bulu unggas dan akar tanaman
bakau. Bulu unggas yang dapat digunakan diantaranya adalah bulu ayam, angsa,
dan bebek. Karena perannya yang sangat penting dalam permainan bulutangkis,
sehingga permintaan shuttlecock di pasaran sangat tinggi. Dengan
demikian, produksi shuttlecock sangat dibutuhkan dalam jumlah tinggi.
Hal ini menyebabkan para pengusaha berminat memproduksinya karena memberikan
profit yang menjanjikan. Salah satunya adalah keluarga Bu Satupah.
Keluarga Bu
Satupah merupakan produsen shuttlecock di daerah Malang. Usaha ini
merupakan usaha turun-temurun. Bu Satupah sendiri mulai mendirikan pabriknya
secara mandiri sejak tahun 2000. Dengan demikian, usahanya telah berjalan
selama kurang lebih 12 tahun.
Periode tiga
tahun pertama, modal yang diperoleh berasal dari sebuah pabrik tempat ia
bekerja. Pada tahun keempat, beliau meberanikan diri untuk meminjam modal
kepada Bank BRI. Dua tahun setelah peminjaman modal tersebut, beliau mengalami
kerugian sebesar dua puluh satu juta tepatnya pada sepuluh bulan terakhir pada
tahun 2006. Namun hal tersebut tidak menjadi batu sandungan untuk tetap
berusaha. Beliau kembali meminjam modal kepada Bank BRI untuk memulai dan
memperbaiki usahanya. Pada periode kedua ini, usahanya berkembang pesat. Beliau
dapat memproduksi shuttlecock sebanyak sepuluh ribu buah, sehingga
pendapatan bersih tiap bulannya sebesar dua puluh juta rupiah. Namun pada
bulan-bulan tertentu terkadang terjadi kenaikan, yaitu pada bulan Mei sampai
Agustus. Pendapatan yang dapat diperoleh sekitar empat puluh juta per bulan.
Sampai detik ini, usahanya masih tetap berjalan dan memiliki enam cabang pabrik
di daerah Malang. Pemasarannya mencapai daerah Kalimantan.
PROSES PRODUKSI
Proses
produksi shuttlecock ada beberapa
tahap:
1. Dimasak
Proses ini merupakan proses pemasakan bulu-bulu
unggas yang telah dikirim dari cabang Arjosari. Tujuan agar bulu-bulu unggas
tersebut bersih dan higenis. Proses pemasakan ini hanya diambil uap airnya
saja.
2. Dicetak
Proses ini merupakan proses pembentukan akar bakau
menjadi bulatan shuttlecock dan
pembentukan lubang di pinggiran bulatan untuk memasukkan tangkai bulu unggas.
3. Dipasang
Proses ini merupakan pemasangan bulu-bulu unggas
yang telah bersih pada lubang yang terdapat pada bulatan akar bakau.
4. Dijahit
Proses ini merupakan proses penjahitan tangkai bulu
yang telah di pasang pada bulatan akar bakau.
5. Disetel
Proses ini merupakan proses penyetelan bulu unggas
yang telah dipasang. Caranya yaitu dengan menyerut bulu menggunakan gunting
untuk melunakkan bulu.
6. Dikontrol
Proses ini merupakan proses penyesuaian diameter shuttlecock dengan alat yang terbuat
dari besi.
7. Dilem
Proses ini merupakan proses perekatan bulu unggas
agar tidak mudah lepas, dimana perekatan ini menggunakan lem khusus.
8. Ditimbang
Proses ini merupakan proses penimbangan suttlecock satu persatu yang sudah jadi.
Dimana untuk daerah panas berat shuttlecock
sekitar 5 gr dan untuk daerah dingin beratnya kurang dari 5 gr.
9. Digunting
Proses ini merupakan proses pemotongan bulu unggas
yang telah ditimbang. Tujuannya untuk merapikan bulu unggas.
10. Diberi label
Proses ini merupakan proses pemberian label pada
setiap shuttlecock dan pada box
silinder yang digunakan sebagai tempat lusinan shuttlecock.
11. Ditest
Proses ini merupakan proses pengetesan shuttlecock satu persatu. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui daya pantul dari shuttlecock
tersebut.
12. Dikemas
Proses ini merupakan proses terakhir dari produksi shuttlecock. Dimana shuttlecock dikemas kedalam
box silinder. Untuk 1 box silinder berisi 12 buah atau selusin shuttlecock.
Disusun Oleh :
1.
Mufadhal (10630051)
2.
Siti Khuzaimah (10630050)
3.
Wahyu Fajar Lestari (10630078)
4.
Fiisyatirhodiyah (10630066)
5.
Iflahul Laili (10630069)
6.
Ikha Inayatul M (10630085)
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2011/2012